Perjalanan
Ikan Gabus dari Paya Reubee

sinarpidie.co - Di depan sebuah lapak dagangan berukuran 1 x 1 meter persegi yang terbuat dari tiang-tiang kayu dan beratapkan terpal plastik, Hasbi M Jalil, 63 tahun, warga Gampong Neulop Rubee, Kecamatan Delima, Pidie, menyusun ember-ember yang menampung air dan tertutupi jaring. Ikan-ikan gabus di dalam ember-ember tersebut membuat air berkecipak.
Abu Nek—begitu Hasbi akrab disapa—sudah dua puluh tahun menjual ikan gabus dengan cara seperti itu. Lapaknya berada di Simpang Rubee, Gampong Neulop, yang dapat dituju 20 menit berkendara dari Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie, melalui Jalan Banda Aceh-Medan.
Setiap hari, ia menjajakan ikan gabus sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Abu Nek tak sendiri. Ia ditemani Jailani, 53 tahun, warga gampong setempat. Di sebelah kiri lapak mereka, terdapat penjual jus.

Mereka menjual ikan-ikan gabus yang masih hidup. Sesekali, ikan-ikan tersebut menambrak jaring di mulut ember. Sementara, ikan-ikan gabus yang sudah mati mereka letakkan di atas fiber. Abu Nek menjual ikan yang sudah mati lebih murah daripada ikan gabus yang masih hidup.
“Harga ikan gabus seukuran pergelangan tangan orang dewasa mencapai Rp 60 ribu per ekor, sedangkan ikan gabus ukuran kecil harganya Rp 10 ribu per ekor,” kata Abu Nek, Sabtu, 30 Januari 2021.

Pembeli ikan gabus yang dijual Abu Nek rata-rata mereka yang mengalami patah tulang dan mereka yang baru saja menjalani operasi. “Mengonsumsi ikan gabus bisa mempercepat penyembuhan luka,” tutur Abu Nek.
Baca juga:
- Kakak Beradik Pembuat Alat masak Tradisional dari Gampong Dayah Tanoh Klibuet
- Pengrajin Tudong di Gampong Kupula
Ikan gabus yang dijual Abu Nek berasal dari hasil tangkapan di rawa-rawa atau Paya Reubee. "Setiap pagi, saya membeli ikan gabus hasil pancingan warga. Sorenya, kami menjual ikan-ikan tersebut di Simpang Rubee,” kata Abu Nek. "Laku sehari Rp 300 hingga 700 ribu." []
Komentar